IMAM ABU DAWUD رحمه اللّه
Mengapa Menolak Mengajar Privat Anak-Anak Khalifah? (202 – 275 H)
Nama lengkap beliau ialah Sulaiman bin al Asy’ats bin Ishaq bin Basyir bin Syaddad bin ‘Amr al Azdi as Sijistani. Berdasarkan kesaksian muridnya, yaitu Abu ‘Ubaid al Ajurri, beliau dilahirkan pada tahun 202H. Demikian Imam adz Dzahabi menyebutkan tahun kelahiran Abu Dawud. Dan beliau wafat pada tanggal 16 Syawwal 275 H.
Sejak dini, beliau sudah mereguk ilmu agama. Sehingga sudah semestinya, bila berpegaruh besar pada dirinya. Muridnya, Ibnu Dasah menceritakan:
“Telah sampai kabar kepada kami bila Abu Dawud termasuk ulama yang mengamalkan ilmunya. Hingga sebagian imam mengatakan, Abu Dawud mirip dengan Ahmad dalam tindak-tanduknya, sementara Ahmad mirip dengan Waki’ dalam masalah itu. Sedangkan Waki’ mirip dengan Sufyan. Sementara Sufyan mirip dengan Manshur. Manshur mirip dengan Ibrahim, dan Ibrahim persis dengan ‘Alqamah. Adapun ‘Alqamah sangat mirip dengan ‘Abdullah bin Mas’ud, dan Ibnu Mas’ud sangat mirip dengan Nabi dalam etika dan moralnya”. 1
Untuk memperdalam ilmu, beliau melakukan perjalanan ke berbagai wilayah, seperti Hijaz, Syam, Mesir, Irak, Khurasan, dan akhirnya menetap di Bashrah sampaiwafatnya, sebagai sambutan atas permintaan Gubernur Bashrah yang memintanya untuk tinggal di sana pasca fitnah Zinj. Tujuannya agar kota Bashrah semarak dengan ilmu dan ulama. Yang akhirnya kota Bashrah menjadi magnet yang menarik para pencari ilmu untuk mengunjunginya.
Beberapa guru besar yang telah beliau datangi dan berhasil beliau tekuni ilmu-ilmu mereka, yaitu Abu ‘Amr adh Dharir, Abul Walid al Qa’nabi, Sulaiman bin Harb, Ahmad bin Hambal, Yahya bin Ma’in. Dari dua ulama terakhir ini, beliau mempelajari ilmu hadits.
Beliau juga berguru kepada ulama-ulama yang menjadi guru lima imam hadits lainnya (al Bukhari, Muslim, at Tirmidzi, an Nasa-i dan Ibnu Majah). Mereka adalah : Muhammad bin Basyyar Bundar (w. 252 H), Muhammad bin al Mutsanna Abu Musa (w. 252 H), Ziyad bin Yahya al Hassani (w. 254 H), Abbas bin Abdul ‘Azhim al ‘Anbari (w. 246 H), Abu Sa’id al Asyajj Abdullah bin Sa’id al Kindi (w. 257 H), Abu Hafsh ‘Amr bin ‘Ali al Fallas (w. 249 H).
Dari pengajaran yang diberikan Imam Abu Dawud juga melahirkan beberapa tokoh-tokoh ilmu yang berpengaruh, di ataranya putra beliau yang bernama ‘Abdullah, yang nantinya menjadi ulama besardalam masalah hadits. Dia merupakan salah satu dari hasil didikan beliau. Ibnu Khalakan menggelarinya dengan “imam putra seorang imam”.
Selain itu ‘Abdullah, tersebut juga Abu ‘Ubaid al Ajuri, penulis kitab Sualat Abu Dawud (tanya jawab tentang hadits yang dijawab oleh Abu Dawud), Ibnu Dasah, dia telah meriwayatkan kitab tulisan sang guru, Sunan Abu Dawud. Murid beliau yang lain, Abu Bakar Ahmad bin Sulaiman an Najjar, orang yang meriwayatkan kitab an Nasikh wa al Mansukh dari beliau. 2
Berkat keilmuan yang dimiliki, maka sanjungan yang mengarah kepada beliau mengalir sangat deras. Di antaranya, yang terlontar dari Ibnu Hibban. Dia mengatakan,”Abu Dawud adalah salah seorang imam dunia dalam fiqih, ilmu, hafalan, ibadah, wara’ dan kesempurnaan kemampuan. Ia telah menghimpun dan menulis serta membela Sunnah Nabi.”
Juga Ibnu Mandah berkata,”Orang-orang yang meriwayatkan dan memilah-milah hadits yang shahih dari hadits-hadits yang bermasalah ada empat orang, (yaitu): al Bukhari, Muslim, setelah itu Abu Dawud as Sijistani dan Abu ‘Abdir Rahman an Nasa-i.” 3
Beliau juga termasuk orang yang kapabel dalam masalah jarh wta’dil. Komentar-kementar dan penilaian beliau tentang para perawi hadits menjadi rujukan. Orang yang menelaah kitab Sualat al Ajuri li Abu Dawud akan membuktikan kedalaman ilmu beliau dalam masalah jarh wa ta’dil ini.
Selain menyibukkan diri dengan pengajaran, beliau juga menuangkan ilmunya denganmenulis. Kitab-kitab tersebut (yang sudah tercetak), yaitu Kitab as Sunan, al Marasil, al Ba’ts wa an Nusyur, Risalah Abi Dawud Ila Ahli Makkah, az Zuhd. Sementara kitab lainnya, masih berupa manuskrip kuno, atau hanya sekedar disebutkan oleh ulama, tetapi belum ditemukan.
Keteguhan prinsip yang dipegang Imam Abu Dawud sangatlah kuat . Sebagai contoh, beliau adalah ulama yang pernah menolak permintaan Khalifah untuk mengajari anak-anaknya secara khusus dan dalam waktu khusus. Penolakan beliau bukan tanpa dasar, karena menurut beliau, ilmu itu mulia dan harus didatangi, bukan mendatangi orang.
SEKILAS TENTANG KITAB SUNAN ABU DAWUD
Tentang kitab as Sunan, beliau رحمه اللّه menjelaskannya dalam sebuah kutaib khusus, yang berjudul Risalah ila Ahli Makkah. Kitab as Sunnan hanya memuat tentang ahkam, tidak berbicara tentang zuhud atau fadhailul a’mal, begitulah yang beliau tuturkan dalam Risalah ila Ahli Makkah.
Nama as Sunnan itulah yang beliau pilih untuk kitab haditsnya, memuat 4.800 hadits. Sementara Izzat ad Da’as (editor Sunan Abu Dawud) menghitung jumlahnya mencapai 5.274 hadits. Demikian pula Syaikh al Albani di dalam Shahih Sunan Abi Dawud. Mungkin saja perbedaan yang terjadi, lantaran dengan mengikutsertakan hadits-hadits yang terulang, sementara yang terulang itu oleh Abu Dawud tidak dimasukkan ke dalam hitungan.
Al Biqa’i dan adz Dzahabi mengklasifikasikan hadits-hadits yang ada di Sunan Abu Dawud menjadi enam jenis:
- Hadits yang paling tinggi, hadits yang diriwayatkan pula oleh Syaikhan, kurang lebih setengah dari kitab as Sunan.
- Berikutnya, haditsnya yang juga diriwayatkan oleh salah seorang Syaikhan. (dua Syeikh / imam yaitu Imam Bukhari dan Imam Muslim)
- Hadits yang dihindari Syaikhan, yang sanadnya masih bersih dari syudzudz.(bertentangan dengan hadits yang lebih shahih)
- Hadits yang sanadnya berderajat shalih dan diterima para ulama karena berasal dari dua sanad yang layyin (lemah) atau lebih.
- Kemudian hadits yang sanadnya lemah lantaran kualitas hafalan perawi yang kurang. Hadits yang semacam ini, Abu Dawud mendiamkannya. *1
- Terakhir, hadits yang jelas kelemahannya dari sisi perawinya. Beliau tidak mendiamkannya. Pada umumnya langsung melemahkannya. Terkadang, membiarkannya karena sudah begitu terkenal kelemahannya dan begitu asing.
Kedudukan kitab Sunan Abu Dawud ini berada di urutan setelah Shahih Bukhari dan Shahih Muslim. As Suyuthi saat melakukan studi komparasi antara Jami’ (Sunan) at Tirmidzi, Sunan Abu Dawud dan Sunan an Nasa-i, ia berkata: “Adz Dzahabi mengatakan,’Jami’ at Tirmidzi derajatnya lebih rendah dari Sunan Abi Dawud, dan Sunan an Nasa-i lantaran memuat riwayat hadits al Mashlub *2 dan al Kalbi”. *3 (Lihat Tadribu ar Rawi, 1/171)
At Ta’rifu Bi al Aimmah as Sittah karya ‘Abdur Rahman bin Shalih Muhyiddin
*1 Beliau mendiamkannya karena kelemahannya masih mungkin diperkuat dengan sanad lain, sebagaimana yang diterangkan oleh adz Dzahabi.
*2 Muhammad bin Sa’id, pemalsu hadits, dibunuh oleh Khalifah al Manshur karena kezindiqannya.
*3 Muhammad bin as Saib al Kalbi, tertuduh berdusta dan beraqidah Syiah Rafidhah.
Footnote :
- Tadzkiratu al Huffazh (2/591).
- Tentang murid-murid beliau, bisa dilihat dalam kitab Tahdzibu al Kamal, karya al Mizzi dan Siyar, karya adz Dzahabi
- Tahdzibu al Kamal (11/264-265)
Majalah As-Sunnah Baituna Edisi 04/Tahun X/1427H/2006M
Artikel asli: https://majalahassunnah.net/artikel/imam-abu-dawud-%d8%b1%d8%ad%d9%85%d9%87-%d8%a7%d9%84%d9%84%d9%91%d9%87/